Minggu, 01 November 2009

1 Entri baru bikin ...

Lupa ...
Kirenin q cuma 4 total na..
Tau" na 5...


>> Klo Mo Comment Yang <<
Klaim yang dilakukian Malaysia
Yang Da Ada Comment`a 7 yack ..
GBu ^,^

Malaysia Klaim Tari Pendet Bali


JAKARTA--Malaysia (Malingsia) kembali mengklaim budaya Indonesia -- tarian pendet, Bali -- menjadi budaya mereka yang dicantumkan dalam iklan visit year mereka. Sebelumnya, mereka telah mengklaim angklung, reog Ponorogo, batik, Hombo Batu, dan Tari Folaya.Budayawan, Radhar Panca Dahana, mengatakan pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia (Malingsia) untuk kesekian kalinya merupakan kesalahan pemerintah Indonesia sendiri. "Ya tidak apa-apa lah, kita juga suka mengambil budaya lain untuk untuk promosi," katanya kepada Republika, Rabu (19/8).Ia menilai kecolongan budaya tersebut sebenarnya sebuah cermin atau refleksi. Ia menilai kita terluka dan malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu kita tidak memperhatikannya. "Selama ini kebudayaan dipinggirkan, pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli," ujarnya.Sedangkan negara lain, seperti Malaysia (Malingsia), kata Radhar, membutuhkan ekstensi kebudayaan, karena kebudayaan adalah senjata terbaik untuk diplomasi internasional. Potensi bisnisnya bagus. "Malaysia (Malingsia) tahu mereka kekurangan budaya, mereka pintar melihat kebudayaan negara tetangganya, dan mereka menghargai budaya untuk mencari keuntungan, sedangkan pemerintah kita tidak peduli. Hanya peduli pada olahraga dan program lainnya," katanya.Untuk itu, kata Radhar, kedepannya agar Indonesia tidak kecolongan lagi, pemerintah harus perhatikan kebudayaan itu. "Kita majukan budaya kita supaya kita ada di depan, munculkan budaya kita dalam upacara-upacara, acara-acara, jangan lagu-lagu masa kini yang dinyanyikan oleh Presiden kita," tandasnya. she/kpo

Selasa, 06 Oktober 2009

Klaim yang dilakukian Malaysia

Masalah muncul ketika aset-aset negara yang diklaim sebagai warisan budaya negara Malaysia ada beberapa yang berasal dari Indonesia. Beberapa kekayaan budaya bangsa kita yang telah diklaim oleh Malaysia diantaranya adalah;







1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

22. Tari Poco-Poco dari Maluku
23. Alat musik Rapa'i dan Serunai dari Aceh
24. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia

Selain aset-aset warisan budaya di atas jangan lupa masalah klaim Pulau Amabalat, Pulau Gosong di Kalimantan Barat, Sipadan dan Ligitan, dan yang terakhir adalah Pulau Jemur di Riau yang diklaim sebagai obyek tujuan wisata Malaysia. Apalagi sikap arogan angkatan laut Malaysia yang sengaja melintas ke wilayah RI. Aksi kapal angkatan laut Malaysia ini diliput langsung oleh salah satu stasiun televisi. Akibatnya masyarakat yang menyaksikan aksi tersebut menjadi terpancing emosinya. Bagaimanapun juga pemerintah harus mengambil sikap dan tindakan terhadap sikap negara tetangga yang arogan tersebut.

Pulau Jemur Diklaim Jadi Obyek Wisata Malaysia

Pekanbaru (ANTARA News) - Informasi yang dimuat sejumlah web site di Internet menyebutkan bahwa Pulau Jemur yang ada di wilayah Provinsi Riau adalah bagian dari daerah tujuan wisata Negeri Selangor, Malaysia .

Berita itu langsung mendapatkan reaksi keras Pemerintah Provinsi Riau, Senin, yang dengan tegas menyatakan bahwa Pulau Jemur adalah pulau terluar di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, yang berbatasan dengan Malaysia di Selat Malaka.

Informasi mengenai promosi pariwisata yang dimuat oleh traveljournals.net dan osvaja.net menyebutkan bahwa Pulau Jemur sebagai destinasi wisata Negara Bagian Selanggor, Malaysia .

Dalam situs traveljournals.net dicantumkan lokasi dan peta Pulau Jemur yang dikatakan masuk dalam wilayah Selangor, Malaysia . Hanya saja, tidak bisa diketahui informasi mengenai penanggung jawab laman pariwisata tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Biro Humas Pemprov Riau Zulkarnain Kadir di Pekanbaru meluruskan informasi yang menyesatkan di laman Internet tersebut bahwa Pulau Jemur merupakan bagian Indonesia.

Ia mengatakan pulau itu bagian dari Kabupaten Rokan Hilir yang sudah dilengkapi dengan berbagai infrastuktur oleh pemerintah setempat.

"Pemerintah Riau dan Rokan Hilir juga menjadi Pulau Jemur sebagai salah satu ikon wisata di provinsi ini. Jadi gak benar klaim milik Malaysia tersebut," katanya.

Ia menjelaskan, Pulau Jemur berada di gugusan Kepulauan Arwah di perairan Kabupaten Rokan Hilir. Pulau tersebut merupakan pulau terluas yang mencapai 2,5 kilometer persegi.

Menurut dia, kawasan tersebut sudah lama memang dijadikan sebagai salah satu objek wisata andalan di Riau. Karena itu, klaim Pulau Jemur sebagai salah satu daerah tujuan wisata Negeri Jiran merupakan kerugian bagi Indonesia khususnya Riau.

Pulau Jemur Diklaim Jadi Obyek Wisata Malaysia (Malingsia) - Mengapa Malaysia Selalu Maling???
Pulau Jemur Diklaim Jadi Obyek Wisata Malaysia (Malingsia) - Mengapa Malaysia Selalu Maling???

Diam-diam Malaysia Incar Kolintang


Hari-hari terakhir ini kita dibikin naik pitam oleh kelakuan negeri tetangga, Malaysia , gara-gara mereka seenaknya menggunakan tari pendet karya almarhum Wayan Rindi, maestro tari asal Bali. Wajar saja kita kesalpada kebiasaan buruk negeri tetangga yang suka asal klaim itu.

Beberapa waktu lalu negeri serumpun itu mengklaim alat musik angklung, tarian reog ponorogo, batik, hombo batu, tari folaya, lagu Rasa Sayange, rendang Padang, dan sejumlah budaya lainnya. Tanpa izin dari yang punya dan seolah tidak tahu malu, mereka menggunakan produk budaya karya seniman Indonesia dalam iklan pariwisata mereka.

Ternyata, diam-diam mereka juga tertarik “menggarap” musik kolintang asal Sulawesi Utara. Ini berdasar penuturan pemilik Sanggar Kolintang `Maesa’, Carolus G Tulung (48), kepada Tribun Manado, di kediamannya di Jl Sato Yoseph, Kleak, Manado, Selasa (25/8/2009).

Tulung menuturkan, seorang warga negara Malaysia pernah menawari dirinya bersama sanggarnya untuk menggelar pertunjukan alat musik tradisional dari bambu itu di Malaysia . Tawaran itu disampaikan ketika Tulung memimpin petunjukan kolintang di The Ritzy Hotel dan panggung hiburan Baystreet Bahu, tahun 2006 silam.

Pria Malaysia itu datang bersama grup musiknya dan kebetulan menginap di Ritzy Hotel. “Dia sempat memberikan kartu nama pada saya, dia mengaku manajer lembaga musik budaya di Malaysia,”tutur Tulung.

Pria itu bahkan bersedia menanggung semua biaya transportasi dan semua kebutuhan Tulung cs selama berada di Malaysia . Namun Tulung menolak tawaran kerjasama itu, kendati ketika itu dirinya tidak terpikir mengenai sikap Malaysia yang sering mengklaim produk budaya Indonesia.

“Dia tawarkan kerjasama untuk kolaborasi dengan grup musiknya di Malaysia . Saya tidak meresponnya karena memang enggan. Selain itu, saya juga tidak kenal jenis musik di sana seperti apa dan budayanya bagaimana,” imbuh Tulung.

Mencuatnya kasus klaim Malaysia atas tari pendet asal Bali dan berbagai produk budaya Indonesia, membuat Tulung semakin sadar bahwa alat musik tradisional asli Sulut itu juga harus segera dipatenkan agar tidak ditiru atau bahkan direbut oleh bangsa lain.

“Bagaimana pun, itu musik tradisional khas Sulut. Bahkan aset seni budaya Sulut. Tidak boleh dirampas atau dibiarkan negara lain mengakui miliknya,” ujar Tulung..

Dia berharap pemerintah memberi perhatian dan melakukan tindakan penyelamatan atau mematenkan alat musik kolintang maupun produk budaya Sulut lainnya, seperti lagu-lagu dan tari-tarian, agar tidak gigit jari setelah dicaplok bangsa lain. “Saya harap pemerintah jaga, perhatikan, dan pelihara aset budaya Sulut. Kalau tidak kita bisa kebobolan, dan dijadikan keuntungan oleh negara lain,”ujarnya.

Dia menambahkan, selain promosi pariwisata yang kurang, bila kita lengah, ditambah pencaplokan budaya secara terus-terusan oleh Malaysia , akan membuat wisatawan mancanegara justru menganggap produk budaya Indonesia sebagai milik Malaysia . Sebab, Malaysia sangat royal dalam mempromosikan pariwisata mereka. Mereka tidak hanya beriklan di stasiun televisi lokal, tapi juga stasiun televisi internasional seperti CNN.

Minggu, 27 September 2009

Cerita Rakyat "Timun Emas"


Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan waktunya sendirian, karena mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali mempunyai anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan mbok Sarni bertemu dengan raksasa yang sangat besar sekali. “Hei, mau kemana kamu?”, tanya si Raksasa. “Aku hanya mau mengumpulkan kayu bakar, jadi ijinkanlah aku lewat”, jawab mbok Sarni. “Hahahaha.... kamu boleh lewat setelah kamu memberiku seorang anak manusia untuk aku santap”, kata si Raksasa. Lalu mbok Sarni menjawab, “Tetapi aku tidak mempunyai anak”.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak, maka si Raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, “Wahai wanita tua, ini aku berikan kamu biji mentimun. Tanamlah biji ini di halaman rumahmu, dan setelah dua minggu kamu akan mendapatkan seorang anak. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku setelah usianya enam tahun”.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah dibelah ternyata isinya adalah seorang bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas semakin tumbuh besar, dan mbok Sarni sangat gembira sekali karena rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya bisa selesai dengan cepat karena bantuan timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan, dan tidak mau kehilangan timun emas. Kemudian mbok Sarni berkata, “Wahai raksasa, datanglah kesini dua tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin enak untuk di santap”. Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan rumah mbok Sarni.
Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena itu tiap hari mbok Sarni mencari akal bagaimana caranya supaya anaknya tidak dibawa si Raksasa. Hati mbok Sarni sangat cemas sekali, dan akhirnya pada suatu malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar timun emas menemui petapa di Gunung.
Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu. Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud kedatangannya. Sang petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi. “Lemparkan satu per satu bungkusan ini, kalau kamu dikejar oleh raksasa itu”, perintah petapa. Kemudian timun meas pulang ke rumah, dan langsung menyimpan bungkusan dari sang petapa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. “Wahai wanita tua, mana anak itu? Aku sudah tidak tahan untuk menyantapnya”, teriak si Raksasa. Kemudian mbok Sarni menjawab, “Janganlah kau ambil anakku ini wahai raksasa, karena aku sangat sayang padanya. Lebih baik aku saja yang kamu santap”. Raksasa tidak mau menerima tawaran dari mbok Sarni itu, dan akhirnya marah besar. “Mana anak itu? Mana timun emas?”, teriak si raksasa.
Karena tidak tega melihat mbok Sarni menangis terus, maka timun emas keluar dari tempat sembunyinya. “Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak timun emas.
Raksasapun mengejarnya, dan timun emas mulai melemparkan kantong yang berisi mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun menjadi terhambat, karena batang timun tersebut terus melilit tubuhnya. Tetapi akhirnya si raksasa berhasil bebas juga, dan mulai mngejar timun emas lagi. Lalu timun emas menaburkan kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah karena tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar.
Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam. Seketika itu hutanpun menjadi lautan luas. Tetapi lautan itu dengan mudah dilalui si raksasa. Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika itu terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, dan si raksasa tercebur di dalamnya. Akhirnya raksasapun mati.
Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah diselamatkan dari raksasa yang kejam. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sarni hidup bahagia dan damai.